Berkaca di Cermin yang Retak: Tipe Kepemimpinan Jawa dan Melayu Menurut Babad dan Hikayat
DOI:
https://doi.org/10.33656/manuskripta.v6i1.58Keywords:
Leadership in Java and Malay, Babad Tanah Jawi, Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Hang Tuah, Kepemimpinan di Jawa dan MelayuAbstract
This article reviews the types of leadership that were written in babad and hikayat in Java and Malay. The Author used three classical works as the primary sources, namely Babad Tanah Jawi, Hikayat Raja-raja Pasai, and Hikayat Hang Tuah. Although there is a very fundamental difference between the power system in Java and Malay but, in the context of leadership, there are similarities. Babad and hikayat gave an image that an authority was a charismatic figure. Other images are to have supernatural power, mystical power, and religious power. These forces inherent genealogically so that authorities in the past and their descendants cult because they seem to be presented as a Messiah. This unquestionable leadership had potentially caused an unfair power-sharing. Based on these three works, the Author gives a reflection of the ideal leadership model that is feasible in the present, namely the anti-hero leaders who are honest, courteous, and fair, instead of the Messiah which is expected to bring the impact of the changes quickly.
===
Artikel ini mengulas tipe-tipe kepemimpinan yang pernah dituliskan dalam babad dan hikayat di Jawa dan Melayu. Penulis menggunakan tiga karya klasik sebagai sumber rujukan utama, yaitu Babad Tanah Jawi, Hikayat Raja-raja Pasai, dan Hikayat Hang Tuah. Meskipun terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara sistem kekuasaan di Jawa dan Melayu namun, dalam konteks kepemimpinan, keduanya memiliki kemiripan. Babad maupun hikayat telah memberikan citra kepada penguasa sebagai sosok yang kharismatik. Citra lain adalah memiliki kesaktian, kekuatan mistik, dan kekuatan religius. Kekuatan-kekuatan tersebut melekat secara genealogis sehingga penguasa di masa lalu dan para keturunannya dikultuskan karena seolah-olah hadir sebagai juru selamat. Tampuk kepemimpinan penguasa yang tidak dapat diganggu-gugat ini berpotensi menimbulkan pembagian kekuasaan yang tidak adil. Berdasarkan ketiga karya tersebut, Penulis kemudian memberikan refleksi terhadap model kepemimpinan ideal yang layak diterapkan di masa kini, yaitu pemimpin antihero yang jujur, santun, dan adil, bukan Ratu Adil yang diharapkan akan membawa dampak perubahan secara cepat.
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2016 Manuskripta

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.