https://manuskripta.manassa.id/index.php/journal/issue/feedManuskripta2025-01-09T05:15:27+00:00Abdullah Maulanijmanuskripta@gmail.comOpen Journal Systems<div>MANUSKRIPTA is a scholarly journal published by the Indonesian Association for Nusantara manuscripts or <a href="http://www.manassa.id/">Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA)</a>. It focuses to publish research-based articles on the study of Indonesian and Southeast Asian (Nusantara) manuscripts.</div> <div> </div> <div>MANUSKRIPTA aims to preserve and explore the diversity of Nusantara manuscripts and communicate their localities to the global academic discourse. The journal spirit is to provide students, researchers, scholars, librarians, collectors, and everyone who is interested in Nusantara manuscripts, information of current research on Nusantara manuscripts. We welcome contributions both in Bahasa and English relating to manuscript preservation or philological, codicological, and palaeographical studies. All papers will be peer-reviewed to meet a highest standard of scholarship.</div> <div> </div> <div> <div>MANUSKRIPTA has been accredited by The Ministry of Research and Technology /National Agency for Research and Innovation, Republic of Indonesia as an academic journal (<a href="https://drive.google.com/file/d/1W0VqV7coRMoi_erc_fvvbJMy941wU6k4/view?usp=sharing">Decree No. 148/M/KPT/2020</a>). The Journal has been ranked 3rd in SINTA. </div> </div>https://manuskripta.manassa.id/index.php/journal/article/view/29Pangalihan Purnama Tilĕm Eka Sungsang: Literatur Astronomi Siklus Bulan Purnama dan Bulan Baru dalam Tradisi Bali 2025-01-09T03:39:25+00:00Muhammad Heno Wijayantohenowijayanto@gmail.com<p>This research delves into two digitized Balinese palm leaf manuscripts, DS 0030 00027 and DS 0030 00049, from the collection of I Made Kajeng Waras Himawan Suweca. Both manuscripts discuss <em>Pangalihan Purnama Tilĕm</em> (PPT), a crucial aspect of the traditional Balinese calendar that determines the new moon and full moon cycles. The study explores the concepts of <em>pancĕr, subang, jĕbĕng, serang</em>, and <em>nampih</em> as used in the calendrical system. Significant differences between the two manuscripts are revealed, particularly regarding the determination of intercalary months and specific terminology. While DS 0030 00027 presents six <em>nĕmu gĕlang</em> with twelve intercalary months, DS 0030 00049 only has four <em>nĕmu gĕlang</em> with four intercalary months. This study underscores the importance of a deep understanding of the Balinese calendrical tradition as an integral part of Balinese culture and society. The findings provide valuable insights into the complexities of a system that has been at the heart of daily life for the Balinese people.</p> <p>===</p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dua naskah dari koleksi I Made Kajeng Waras Himawan Suweca yang telah didigitalisasi oleh Dreamsea. Keduanya membahas <em>Pangalihan Purnama Tilĕm</em> (PPT), sebuah aspek penting dari kalender tradisional Bali yang menentukan periode bulan purnama dan bulan baru. Naskah-naskah DS 0030 00027 dan DS 0030 00049 dijelajahi untuk memahami konsep-konsep seperti <em>pancĕr, subang, jĕbĕng, serang,</em> dan <em>nampih</em> yang digunakan dalam sistem penanggalan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan dalam kedua naskah terkait penentuan bulan yang digandakan dan terminologi khusus yang digunakan. DS 0030 00027 menampilkan enam <em>nĕmu gĕlang</em> dengan dua belas bulan yang digandakan, sementara DS 0030 00049 hanya memiliki empat <em>nĕmu gĕlang</em> dengan empat bulan yang digandakan. Studi ini menekankan pentingnya pemahaman mendalam terhadap tradisi penanggalan Bali sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya dan kehidupan masyarakatnya. Pengetahuan ini memberikan wawasan yang berharga tentang kompleksitas sistem penanggalan yang telah menjadi inti dari kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. </p>2024-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Manuskriptahttps://manuskripta.manassa.id/index.php/journal/article/view/50Risālah yang Mukhtaṣar pada Menyatakan Ilmu Tauhid: Sebuah Kajian Intertekstualitas dengan Kitab Mukhtaṣar2025-01-09T05:14:31+00:00Bayu Aji Prasetyabayu.prasetya@uns.ac.id<p>This study aims to analyze the relationship between the <em>Risālah yang Mukhtaṣar pada Menyatakan Ilmu Tauhid</em> dengan <em>Kitab Mukhtashar</em>. <em>Risālah yang Mukhtaṣar</em> on Stating the Science of Islamic theology is a manuscript from the Palembang collection of Kemas Haji Andi Syarifuddin with manuscript number DS 0005 00001, while Kitab Mukhtashar has manuscript number ML 824. Both manuscripts discuss Islamic theology and sufism. In this study, the manuscripts were analysed using a standard or critical edition. This method is a text criticism to correct writing errors that occur in the text. Through Julia Kristeva's theory of intertextuality, this study concludes that there are principles of existence, parallel, modification and expansion of the Risālah yang Mukhtaṣar on Stating the Science of Tauhid with its hypogram text (<em>Kitab Mukhtashar</em>). The intertextuality relationship between the two texts can be seen from the structure of the text, the content of the text which includes the use of quotations from scholars, the word of God, the explanation of Islamic theology, and the style of writing.</p> <p>===</p> <p>Penelitian ini bertujuan menganalisis keterkaitan antara <em>Risālah yang Mukhtaṣar pada Menyatakan Ilmu Tauhid</em> dengan <em>Kitab Mukhtashar</em>. <em>Risālah yang Mukhtaṣar pada Menyatakan Ilmu Tauhid</em> merupakan manuskrip Palembang koleksi Kemas Haji Andi Syarifuddin dengan nomor naskah DS 0005 00001, sementara <em>Kitab Mukhtashar</em> memiliki nomor naskah ML 824. Kedua manuskrip ini membahas mengenai tauhid dan tasawuf. Dalam kajian ini, naskah disunting menggunakan edisi standar atau kritis. Metode ini merupakan kritik teks untuk mengoreksi kesalahan tulis yang terjadi dalam teks. Melalui teori intertekstualitas Julia Kristeva, penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat prinsip eksistensi, pararel, modifikasi dan ekspansi dari <em>Risālah yang Mukhtaṣar pada Menyatakan Ilmu Tauhid </em>dengan teks hipogramnya (<em>Kitab Mukhtashar). </em>Hubungan intertekstualitas antara dua naskah ini terlihat dari struktur teks, isi teks yang meliputi penggunaan kutipan-kutipan ulama, firman Allah, penjelasan tentang tauhid, dan gaya penulisan.</p>2024-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Manuskriptahttps://manuskripta.manassa.id/index.php/journal/article/view/20Dari Makkah ke Bantaeng: Potret Sosial Bantaeng Abad XX Berdasarkan Catatan Harian Haji Abdul Rahman2025-01-08T10:00:29+00:00Rahmatia Ayu Widyaningrumrahmalogi@gmail.com<p>This article describes and analyzes the <em>Catatan Harian Haji Abdul Rahman</em> (handwritten diary of Haji Abdul Rahman-CHAR), a collection belonging to the people of Bantaeng, South Sulawesi, and digitized by Dreamsea with the code DS 0052 00001. Composed based on the author's personal social experiences, the CHAR reveals a shift in the trend of diary writing in early 20th century South Sulawesi. Traditionally, handwritten diaries often recorded royal activities. However, the CHAR, written by a religious leader, focuses on the author's social interactions with the community. This study aims to unravel the information spread across the years 1912-1968, shedding light on the social conditions, educational advancements, and technological developments in early 20th century Bantaeng society. The CHAR manuscript serves as evidence that diary writing in South Sulawesi was not confined to royal circles but was prevalent among various societal strata.<br />===</p> <p>Artikel ini mendeskripsikan dan menguraikan teks naskah <em>Catatan Harian Haji Abdul Rahman</em> (CHAR) koleksi masyarakat Bantaeng, Sulawesi Selatan yang telah didigitalisasi oleh Dreamsea dengan kode DS 0052 00001. Teks ini disusun berdasarkan peristiwa-peristiwa sosial yang dialami langsung oleh penulis. Haji Abdul Rahman sebagai pemilik dan juga penulis CHAR menunjukkan bahwa pada awal abad ke-20 terjadi pergeseran tren catatan harian di Sulawesi Selatan. Pada umumnya, manuskrip catatan harian memuat informasi yang berkenaan dengan kegiatan raja. Namun, teks CHAR ditulis oleh seorang pemuka agama dan lebih menyoroti interaksi sosial antara sang penulis dengan masyarakat sekitarnya. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan sebaran informasi yang ditulis pada rentang tahun 1912 sampai 1968 M yang mengungkapkan kondisi sosial, kemajuan pendidikan, dan teknologi yang telah digunakan masyarakat Bantaeng pada awal abad ke-20. Manuskrip CHAR menjadi bukti bahwa tradisi penulisan catatan harian di Sulawesi Selatan tidak hanya terbatas pada ruang lingkup kerajaan, tetapi juga tersebar di seluruh lapisan masyarakat.</p>2024-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Manuskriptahttps://manuskripta.manassa.id/index.php/journal/article/view/49Keselarasan Syariat dengan Tasawuf: Menyoal Salat dalam Naskah Targhīb al-a’māl fī bayān kayfiyāt al-ṣalāt li ahli Allāh2025-01-09T05:15:27+00:00Aghnin Khulqiaghnin.khulqi@uinjkt.ac.id<p>This research investigates a 19th-century Indonesian manuscript, T<em>arghīb al-a’mal fī bayān kayfiyat al-ṣalāh li ahli Allāh</em>, preserved at Surau Simaung Sijunjung and has been digitised by Dreamsea. The manuscript reflects Neo-Sufism, a movement seeking to reconcile Shari'a (Islamic law) and Sufism (Islamic mysticism). Employing qualitative and philological methods, the research analyzes the manuscript's content. Findings reveal that the <em>Targhīb al-A’mal</em> promotes Neo-Sufism by emphasizing the spiritual significance of prayer beyond its legal obligations. The manuscript explores the mystical meanings and benefits (<em>faidah</em>) within various aspects of prayer, including reading, movements, timing, number of rak'ahs, and congregational prayer. By highlighting the Sufi dimensions of prayer, the manuscript aims to enrich the understanding and practice of Islamic worship, demonstrating a harmonious integration of Shari'a and Sufism.</p> <p>===</p> <p>Penelitian ini menyelidiki manuskrip Indonesia abad ke-19, <em>Targhīb al-a’mal fī bayān kayfiyat al-ṣalāh li ahli Allāh</em>, yang tersimpan di Surau Simaung Sijunjung dan telah didigitalisasi oleh Dreamsea. Manuskrip ini merefleksikan Neo-Sufisme, sebuah gerakan yang berusaha untuk mendamaikan Syariat (hukum Islam) dan Tasawuf (mistisisme Islam). Menggunakan metode kualitatif dan filologis, penelitian ini menganalisis isi manuskrip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa <em>Targhīb al-A’mal</em> mempromosikan Neo-Sufisme dengan menekankan makna spiritual shalat di luar kewajiban hukumnya. Manuskrip ini mengeksplorasi makna mistis dan manfaat (<em>faidah</em>) dalam berbagai aspek shalat, termasuk bacaan, gerakan, waktu, jumlah rakaat, dan shalat berjamaah. Dengan menyoroti dimensi tasawuf dalam shalat, manuskrip ini bertujuan untuk memperkaya pemahaman dan praktik ibadah Islam, menunjukkan integrasi harmonis antara Syariat dan Tasawuf.</p>2024-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Manuskriptahttps://manuskripta.manassa.id/index.php/journal/article/view/19Santri Lelana dan Relasi Tanda dalam Naskah Sejarah Syarif Hidayatullah Koleksi Masyarakat Indramayu Jawa Barat2025-01-08T10:22:51+00:00Mashuri Mashurimisterhuri@gmail.com<p>This study investigates the spiritual journey of Syarif Hidayatullah, a prominent figure in Javanese Sufism, as depicted in the manuscript <em>Sejarah Syarif Hidayatullah</em> (DS 0021 00001). Employing a combination of philological and cultural semiotic methodologies, this research analyzes the manuscript, which dates back to 1973 and resides in the private collection of Ki Lebe Ibrohim in Indramayu, West Java. The narrative, characteristic of the <em>santri lelana</em> genre, portrays Syarif Hidayatullah's spiritual path as a three-stage progression: the pursuit of Muhammad's light, the quest for <em>Syahadat Sejati</em> (True Testimony of Faith), and the manifestation of this attained truth. Each stage exhibits unique trajectories, dimensions, and accomplishments. Furthermore, the analysis reveals a rich tapestry of signs and symbols embedded within Syarif Hidayatullah's journey, reflecting the interplay of Javanese or Sundanese cultural elements and Sufi principles.</p> <p>===</p> <p>Penelitian ini mendalami perjalanan spiritual Syarif Hidayatullah, tokoh penting dalam sufisme Jawa, sebagaimana digambarkan dalam manuskrip <em>Sejarah Syarif Hidayatullah</em> (DS 0021 00001). Menggunakan pendekatan filologis dan semiotika budaya, penelitian ini menganalisis manuskrip yang berasal dari tahun 1973 dan tersimpan dalam koleksi pribadi Ki Lebe Ibrohim di Indramayu, Jawa Barat. Narasi dalam manuskrip, yang khas dari genre "santri lelana", menggambarkan perjalanan spiritual Syarif Hidayatullah melalui tiga tahapan: pencarian cahaya Muhammad, pencarian "Syahadat Sejati", dan manifestasi kebenaran yang diperoleh. Setiap tahapan memiliki karakteristik, dimensi, dan pencapaian yang unik. Lebih lanjut, analisis mengungkapkan kekayaan simbol-simbol yang tertanam dalam perjalanan Syarif Hidayatullah, mencerminkan interaksi antara unsur-unsur budaya Jawa atau Sunda dengan prinsip-prinsip Sufi</p>2024-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Manuskriptahttps://manuskripta.manassa.id/index.php/journal/article/view/46Eksistensi Kakawin Arjuna Wiwāha dalam Agama dan Budaya Hindu di Bali2025-01-09T05:11:03+00:00I Kadek Widiantanakadekwidiantana@gmail.com<p><em>Kakawin Arjuna Wiwāha </em>is one of the popular kakawin texts in Bali because it is seen as a functional text, especially as an accompaniment to the Panca Yadnya ceremony. The copying of <em>Arjuna Wiwāha</em> has been going on for a long time, so this manuscript is quite widely distributed in Bali. To facilitate Balinese people who cannot read Balinese script and have limited knowledge of Old Javanese, <em>Kakawin Arjuna Wiwāha</em>, which was previously in lontar form, was then published in several book publications equipped with meanings and interpretations in Balinese. This cannot be separated from the mabebasan tradition in Bali. In this tradition, kakawin in Old Javanese is interpreted by paneges in Balinese so that people who hear this kakawin also understand the content of the story being told. In further developments, this kakawin also entered the realm of technology. Kakawin Arjuna Wiwāha was found in the form of digital kakawin lontar in the form of a website, and content has also developed containing <em>Kakawin Arjuna Wiwaha</em>.</p> <p>===</p> <p><em>Kakawin Arjuna Wiwāha</em> merupakan salah satu naskah kakawin populer di Bali karena dipandang sebagai naskah yang fungsional terutama sebagai pengiring upacara <em>Panca Yadnya</em>. Penyalinan lontar <em>Kakawin Arjuna Wiwāha</em> sudah berlangsung sejak lama, sehingga persebaran naskah ini cukup banyak ditemukan di Bali. Untuk memfasilitasi masyarakat Bali yang tidak bisa membaca aksara Bali dan dengan keterbatasan pengetahun Jawa Kuno, sehingga teks ini yang sebelumnya dalam bentuk lontar, kemudian diterbitkan dalam beberapa terbitan buku yang dilengkapi dengan arti, maupun interpretasi dalam bahasa Bali. Hal ini tidak lepas dari tradisi <em>mabebasan</em> yang ada di Bali. Dalam tradisi ini, kakawin berbahasa Jawa Kuna diartikan oleh <em>paneges</em> dalam bahasa Bali sehingga orang yang mendengar kakawin ini juga mengerti tentang isi cerita yang dibawakan. Perkembangan selanjutnya, kakawin ini juga masuk pada ranah teknologi. <em>Kakawin Arjuna Wiwāha</em> ditemukan dalam bentuk lontar kakawin digital dalam bentuk website, dan juga berkembang konten-konten yang berisikan <em>Kakawin Arjuna Wiwaha</em>.</p>2024-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Manuskriptahttps://manuskripta.manassa.id/index.php/journal/article/view/51Menghadapi Kematian Perspektif Muhammad Azhari bin Makruf dalam Naskah Latā’if Al-‘Ābidīn2025-01-09T05:12:51+00:00Zufardien Muhammadzulfardien.muhammad@uinjkt.ac.id<p>The manuscript <em>Laṭā’if al-‘ābidīn</em>, authored by Muhammad Azhari bin Khatib Ma'ruf al-Falimbani in 1907, provides an in-depth exploration of preparations for death. This manuscript comprises a collection of hadith, commentaries, practices, invocations, and prayers related to the theme of mortality. This research not only describes the manuscript but also analyzes it within the context of Sufi influence. Furthermore, the study examines the manuscript's relevance to contemporary readers. Findings reveal that this manuscript significantly contributes to our understanding of death-themed manuscripts in the Nusantara. Beyond serving as a spiritual guide to foster a closer relationship with God, the manuscript also holds educational and social value. The timeless principles embedded within it can assist individuals in confronting death with greater preparedness.</p> <p>===</p> <p>Naskah Laṭā’if al-‘ābidīn karya Muhammad Azhari bin Khatib Ma'ruf al-Falimbani, yang ditulis pada tahun 1907, adalah sebuah manuskrip yang membahas secara mendalam tentang persiapan menghadapi kematian. Naskah ini berisi kumpulan hadis, komentar, amalan, zikir, dan doa yang berkaitan dengan tema kematian. Penelitian ini tidak hanya mendeskripsikan naskah, tetapi juga menganalisisnya dalam konteks pengaruh tasawuf. Selain itu, penelitian ini juga membahas relevansi naskah bagi masyarakat pembaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naskah ini memberikan sumbangan penting dalam pemahaman kita tentang manuskrip bertema kematian di Nusantara. Naskah ini tidak hanya berfungsi sebagai panduan spiritual untuk mendekatkan diri pada Tuhan, tetapi juga memiliki nilai edukatif dan sosial. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya relevan sepanjang zaman dan dapat membantu masyarakat dalam menghadapi kematian dengan lebih baik.</p>2024-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Manuskriptahttps://manuskripta.manassa.id/index.php/journal/article/view/48Tafsīr al-Jalālayn Ber-“Jenggot”: Naskah Tulis Pewaris Praktik Lisan Penerjemahan Al-Qur’an ke Bahasa Jawa2025-01-09T05:10:20+00:00Muhammad Dluha Luthfillahmuhammad.luthfillah@mail.huji.ac.il<p>This article investigates a <em>Tafsīr al-Jalālayn</em> manuscript coded DS 0016 00002 from Kuningan, West Java, dated 1033 AH (1624 CE). If the date is accurate, it would be the oldest known interlinear translated <em>Jalālayn</em> manuscript. The article aims to verify the dating and analyze the nature of the interlinear translation. Given Kuningan's role as a gateway for Islam in West Java, this manuscript offers valuable insights into the region's Islamic intellectual history. Close examination of the manuscript's features, including symbols, marginal notes, word choices, and speech levels, suggests that the interlinear translation likely dates from the late 18th to early 19th century, rather than the 17th century as initially inscribed. The analysis reveals connections with texts from Central Java (Demak and Mataram) in terms of language and style, while the symbols demonstrate strong influence from Indian Islamic literature.</p> <p>===</p> <p>Artikel ini menyelidiki sebuah manuskrip <em>Tafsīr al-Jalālayn</em> dengan kode DS 0016 00002 dari Kuningan, Jawa Barat, yang bertanggal 1033 H (1624 M). Jika tanggal tersebut akurat, maka manuskrip ini akan menjadi manuskrip dengan terjemahan antarbaris Jalālayn tertua yang diketahui. Artikel ini bertujuan untuk memverifikasi tanggal tersebut dan menganalisis sifat terjemahan interlinearnya. Mengingat peran Kuningan sebagai pintu gerbang Islam di Jawa Barat, manuskrip ini memberikan wawasan berharga tentang sejarah intelektual Islam di wilayah tersebut. Pemeriksaan mendalam terhadap fitur-fitur manuskrip, termasuk simbol, catatan marginal, pilihan kata, dan tingkat bahasa, menunjukkan bahwa terjemahan interlinear kemungkinan berasal dari akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19, bukan abad ke-17 seperti yang tertera awalnya. Analisis mengungkapkan adanya hubungan dengan teks-teks dari Jawa Tengah (Demak dan Mataram) dalam hal bahasa dan gaya, sementara simbol-simbol tersebut menunjukkan pengaruh kuat dari literatur Islam India.</p>2024-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Manuskripta