Tinjauan Awal Naskah Sujarah Penatah: Narasi, Kreativitas, dan Legitimasi
DOI:
https://doi.org/10.33656/manuskripta.v13i1.3Keywords:
Sujarah Penatah, Narrative, Creativity, Legitimacy, Javanese Puppets, Narasi, Kreativitas, Legitimasi, Wayang JawaAbstract
The Javanese puppet makers, or penatah, in Yogyakarta, are celebrated for their artistic brilliance, yet their personal biographies remain largely obscure, overshadowed by the grandeur of their craft. Renowned names like Resapenatas, Maraguna, Kertiwanda, Prawirasucitra, and Prayitnawiguna are synonymous with exceptional wayang artistry, each possessing distinctive aesthetic styles. Despite their prominence, scant information exists about their lives. The primary written source on penatah, Sujarah Panatah (the History of Wayang Carvers), dates back to the early 20th century in Yogyakarta. This manuscript weaves tales of Javanese puppet carvers into performances, connecting factual anecdotes and divine myths, portraying these artists not as ordinary individuals but as chosen ones capable of communicating with gods. Examining the Sujarah Panatah, this paper explores the factual underpinnings of its stories, delves into the text's perception of creative origins, and analyzes its strategy for legitimizing Javanese puppet makers while tracing the continuity of their artistic legacy.
===
Para pembuat wayang, atau penatah di Yogyakarta dihargai karena kecemerlangan seni mereka, namun biografi pribadi mereka sebagian besar tetap gelap, terlupakan oleh kemegahan karya seni mereka. Nama-nama terkenal seperti Resapenatas, Maraguna, Kertiwanda, Prawirasucitra, dan Prayitnawiguna bersinonim dengan keahlian seni wayang yang luar biasa, masing-masing memiliki gaya estetika yang khas. Meskipun terkenal, informasi tentang kehidupan mereka sangat sedikit. Sumber tertulis utama tentang penatah, Sujarah Panatah (Sejarah Pencipta Wayang), berasal dari awal abad ke-20 di Yogyakarta. Naskah ini menganyam kisah-kisah para pembuat wayang ke dalam pertunjukan, menghubungkan anekdot fakta dan mitos ilahi, menggambarkan para seniman ini bukan sebagai individu biasa tetapi sebagai yang terpilih mampu berkomunikasi dengan para dewa. Dengan memeriksa Sujarah Panatah, makalah ini mengeksplorasi dasar faktual dari kisah-kisahnya, menyelami persepsi teks terhadap asal-usul kreatif, dan menganalisis strateginya dalam melegitimasi para pembuat wayang sambil melacak kelanjutan warisan seni mereka.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Manuskripta

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.